Saibumi.com(SMSI), Pahawang, 6 Agustus 2025 — Dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, tim dosen dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Dusun Cukuh Nyai, Desa Pahawang, Kabupaten Pesawaran, berupa pelatihan pembuatan sabun organik dari lemak kakao lokal.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dosen ITERA: Khaerunissa Anbar Istiadi, Dian Anggria Sari, , Erma Suryanti, Lisana Husna Imaniar, dan Dewi Chusniasih, serta didampingi oleh mahasiswa. Pelatihan ini bertujuan membekali masyarakat dengan keterampilan mengolah biji kakao menjadi lemak kakao (cocoa butter), lalu dijadikan sabun organik alami yang ramah lingkungan dan bernilai jual tinggi.

Dusun Cukuh Nyai dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kakao, namun selama ini masyarakat hanya menjual biji kakao dalam bentuk kering tanpa proses lanjutan. Melalui pelatihan ini, warga diperkenalkan pada teknik ekstraksi lemak kakao serta cara mengolahnya menjadi sabun menggunakan minyak kelapa lokal khas Desa Pahawang.

BACA JUGA: Warga Way Dadi, Way Dadi Baru dan Korpri Jaya Tolak Kebijakan Bayar Lahan: “Bukan Pembeli, Kami Penghuni Turun-Temurun!”

Antusiasme masyarakat terlihat tinggi sepanjang kegiatan. Warga aktif mengikuti proses, mulai dari pencairan lemak kakao, pencampuran bahan, pencetakan sabun, hingga teknik pengemasan.

“Selama ini kami hanya menjual biji kakao kering karena belum memiliki ilmu cara mengolahnya. Ternyata bisa juga diolah lanjut menjadi sabun” ujar salah satu peserta pelatihan.

Selain pelatihan teknis, tim juga memberikan contoh pengemasan sabun organik sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kertas daur ulang, daun kering, tali rami, dan serat alam lainnya. Dengan pelatihan ini, masyarakat diharapkan dapat lebih kreatif dalam memanfaatkan hasil pertanian lokal, serta mampu menghasilkan produk ramah lingkungan yang memiliki nilai tambah secara ekonomi maupun sosial di lingkungan sekitar mereka.

BACA JUGA: Warga Way Dadi, Way Dadi Baru dan Korpri Jaya Tolak Kebijakan Bayar Lahan: “Bukan Pembeli, Kami Penghuni Turun-Temurun!”